Tuesday, June 21, 2011

Google Digitalisasi 250 Ribu Buku Bersejarah

Jakarta - Bekerja sama dengan perpustakaan British Library yang berbasis di Inggris, Google membesut proyek digitalisasi ribuan buku. Tak kurang dari 250 ribu buku koleksi perpustakaan itu akan digitalisasi dan bakal tersedia untuk diakses gratis via Google Books.

Secara keseluruhan, koleksi buku milik British Library mencapai sekitar 1 juta buah. Jadi, jumlah yang digitalisasi mencapai seperempatnya. Perpustakaan ini memang berniat mendigitalisasi buku-buku pentingnya.

Biaya digitalisasi ditanggung penuh oleh Google. Buku yang bakal dibawa ke Goole Books berasal dari tahun 1700 sampai 1870. Tidak hanya buku, ada juga majalah dan pamflet. Total sebanyak 40 juta halaman di-scan dalam proyek ini.

Temanya pun beragam dan mencatat kejadian penting dalam sejarah Inggris dan Eropa. Misalnya soal perang Battle of Trafalgar, Crimean War sampai penemuan teknologi seperti rel kereta api atau telegrap.

Dikutip detikINET dari Inquirer, Selasa (21/62011), tujuan digitalisasi buku adalah untuk memudahkan akses pada masyarakat banyak ataupun kalangan peneliti. Google sendiri memang terus berniat menambahkan koleksi ke Google Books.

Hacker Bersatu Melawan Pemerintahan Dunia


TEMPO Interaktif, Jakarta - Beberapa kelompok hacker yang diyakini berada di balik penyerangan sistem Sony dan CIA telah bersumpah untuk bersatu melawan pemerintahan dunia.

LulzSec meminta bantuan kelompok yang dikenal sebagai Anonymous di kampanye cyber mereka yang dijuluki "Operasi Anti-Keamanan".

Kelompok itu mengumumkan niat mereka melalui feed Twitter resmi mereka pada akhir pekan lalu. Mereka menyatakan akan menargetkan siapa saja yang menghadang jalan mereka.

"Selamat datang di Operasi Anti-Keamanan. Kami mendorong kapal apapun, besar atau kecil, untuk menembak setiap pemerintah atau lembaga yang melintasi jalan kami. Kami sepenuhnya mendukung penulisan kata 'AntiSec' pada setiap perusakan situs web pemerintah atau seni grafiti fisik. "

LulzSec yang diyakini berada di balik ide itu juga mengisyaratkan bergabung dengan 'kelompok hacking' lainnya. Mereka mengatakan "Untuk meningkatkan berbagai upaya, kita sekarang bekerja sama dengan Anonymous kolektif dan semua peralatan perang terafiliasi."

Di antara tujuan mereka, kelompok itu menyatakan 'perang segera dan tak henti-hentinya terhadap moderator perebut kebebasan 2011' sebagai perlawanan terhadap peraturan Internet.

Bukan hanya pemerintah yang menjadi korban potensial. "Target utama juga bank dan perusahaan top," kata kelompok itu.



Salah satu tujuan utamanya adalah untuk mencuri dan kemudian membocorkan informasi rahasia, termasuk email dan dokumen.

Serangan mereka dipercaya sebagai pembalasan atas usulan peningkatan hukuman bagi cyberterrorists di AS di mana mereka yang menjebol sistem pemerintah AS menghadapi ancaman 20 tahun penjara.

Virus mulai mengincar ponsel Android

JAKARTA: Ponsel pintar berbasis Android mulai jadi incaran serangan virus, karena pertumbuhan populasi ponsel pintar itu sangat cepat.

Berdasarkan data dari Kaspersky Security Network, terdapat lebih dari 50 aplikasi OS Android berbahaya terdeteksi pada kuartal I 2011 secara global.

Program-program berbahaya tersebut merupakan versi kemas ulang (re-packed) dari software legal dengan komponen Trojan yang ditambahkan di dalamnya.

Erwin Yovitanto, Manager Bisnis Astrindo Starvision—distributor Kaspersky, menyatakan banyaknya pengguna Android yang melakukan root atau jail-breaking untuk mengakses aplikasi di luar Android merupakan salah satu penyebab masuknya malware ke ponsel pintar.

“Google selaku pemilik platform Android tidak dapat mengontrol aplikasi di luar pasar Android, sehingga jika ada program berbahaya mereka tidak dapat melakukan remote uninstall dari server mereka,” katanya hari ini.

Namun, dia mengingatkan bukan berarti aplikasi pada Android bebas dari program berbahaya, karena. untuk membuat aplikasi di atas Android hanya dibutuhkan biaya US$25.

“Harga tersebut relatif murah bahkan bagi para penjahat dunia maya,” tutur Erwin.

Para penjahat dunia maya yang sudah menjadi pengembang di Android, lanjut Erwin, pada awalnya menawarkan aplikasi bersih kepada para pengguna. Aplikasi tersebut baru disusupi malware atau virus sekitar bulan ketiga dan selanjutnya.

Di Indonesia, tambahnya, dua tahun lalu Kaspersky pernah mendeteksi sebuah virus yang menyebabkan perangkat mobile milik korbannya melakukan transfer pulsa ke pembuat virus tersebut. “Pulsa yang ditransfer tidak langsung banyak, namun sedikit demi sedikit sehingga korban tidak menyadarinya.” (sut)